Siwaratri
merupakan salah satu Hari Suci bagi umat Hindu yang dirayakan setiap setahun
sekali. Siwarâtri jatuh pada hari Catur Dasi Krsna paksa bulan Magha (panglong
ping 14 sasih Kapitu) Hari………. taggal …………… dan
berakhir pagi ini.
Tujuan
dari perayaan Siwaratri menurut Susastra Veda (vedic literature) dikatakan
untuk penebusan dosa, baik yang sengaja maupun tidak disengaja dengan melakukan
upawasa (puasa), Jagra (bergadang semalam suntuk) dan Memuja Tuhan dalam
manifestasiNya Siwa Mahadewa dengan berjapa yaitu menyanyikan nama suci Tuhan
“Om Nama Siwa ya” secara berulang-ulang.
Dalam
praktiknya perayaan Siwaratri masih jauh dari harapan. Semangat generasi muda
dalam merayakan perayaan hari suci Hindu patut diapresiasi namun sangat
disayangkan dibalik semangat itu tersembunyi berbagai penyimpangan sosial .
Berdasarkan
penelusuran penulis yang paling menonjol dikalangan remaja perayaan Siwaratri
dijadikan kesempatan untuk pacaran. Ketika penulis selesai meditasi di pantai
sanur disana sudah tampak banyak remaja duduk di tepi pantai sambil berpelukan
dengan pasangan, pegang pinggang berduaan dikegelapan malam sedangkan mereka
masih menggunakan pakaian adat ke Pura, menurut informasi dari salah seorang
mahasiswa siwaratri terkadang juga diselingi dengan berjudi dan minum-minum,
sungguh ironis memang. Hal tersebut sangat bertentangan dengan Hukum Hindu,
disini dikutip sedikit tentang perzinahan yaitu seseorang berpelukan maupun
pegang pinggang dan berpegangan tangan dengan pacar , hal seperti itu tergolong
perzinahan, seperti penjebaran Arthaveda:
“Jika
pria dan wanita , dengan harapan untuk melakukan hubungan seks, menggunakan
gerak kaki atau secara rahasia mengadakan percakapan yang tidak sopan
(percakapan yang bernada porno), denda untuk wanita adalah dua puluh empat
pana, dua kali lipat untuk pria (48 pana).[ Kautilya Arthasastra, III.3.59.25]
Bagi
yang menyentuh rambut , ikatan pakaian bawah, gigi, kuku. Dendanya terendah
untuk kekerasan (akan dikenakan), dua kali lipat untuk pria.(Kautilya
Arthasastra, III.3.59.26)
Sloka
diatas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk zina yaitu membelai rambut,
memeluk pinggang, berciuman atau mengkulum (menyentuh gigi dengan lidah),
berjabat tangan (menyentuh kuku).
Dan
dalam hal percakapan ditempat yang mencurigakan, hukuman cambuk bisa diganti
dengan denda dalam pana.(Kautilya Arthasastra, III.3.59. 27)
Apakah
generasi tua yang salah didik ataukah generasi muda yang tidak tahu menahu
dengan aturan Agamanya sendiri? Akibat dari ulah mereka itu, ibarat kata
pepatah, rusak susu sebelanga karena setitik nila. Maka menjadi wajar kalau
ulah mereka yang demikian itu sering diperdebatkan dan disorot berbagai pihak.
Ada yang menilai kegiatan mereka begadang semalam suntuk tidak terfokus Juga
sering salah arah dan perayaan yang hanya seremonial tanpa makna serta jauh
dari ketentuan kitab Suci.
Siwaratri
yang mestinya dimaknai filosofinya dengan semangat kontemplasi (merenung;
menginsyafi,berjapa memuja Tuhan) untuk mencari peningkatan kualitas diri.
Tidak salah bila ada orang tua mereka melarang merayakan siwaratri , karena
orang tua was-was terjadi pelanggaran norma saat merayakan hari suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar