"Wahai umat manusia ! Kewajibanmu
hanyalah bekerja tanpa kepentingan diri pribadi. Lakukanlah perbuatan
berdasarkan Dharma di dunia ini. Hal inilah yang akan mengantarkan kamu
mencapai umur panjang. Demikian Karma (kerja), bukan memecah belah umat
manusia. Tidak ada jalan lain. Hal ini pula yang mengantarkan mencapai
kebebasan yang sejati".
Yajurveda XL.2
Disiplin
nasional adalah kondisi dinamis yang di dalamnya terdapat kepatuhan untuk melaksanakan
segala sesuatu norma, aturan atau hukum yang dilandasi kesadaran dan ketulusan
bahwa dengan kondisi itu kehidupan dan hubungan antar manusia dan manusia
dengan masyarakat dan alam sekitarnya berlangsung harmonis dan dengan demikian
kesejahtraan hidup akan dapat pula diwujudkan.
Selanjutnya
bila kita perhatikan dengan seksama di dalam masyarakat atau pada beberapa
instansi pemerintah masih terjadi penyalah gunaan wewenang, pemborosan waktu
dan dana, nepotisme tanpa memperhatikan kualitas yang diharapkan, berbagai
bentuk penyimpangan lain yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Pelayanan
umum belum mencapai sasaran yang diinginkan, sehingga masih terdapat berbagai
keluhan dan pengaduan dari masyarakat. Bentuk-bentuk protes sosial juga
diakibatkan tidak tegaknya aturan yang berlaku, saluran infomasi dan komunikasi
yang kurang lancar serta keteladanan dari para pemimpin atau tokoh masyarakat.
Dari
kondisi yang melemahkan disiplin nasional tadi dapat diproyeksikan disiplin
nasional yang mantap yang diharapkan, yaitu seluruh rakyat Indonesia memahami
arti dan makna disiplin baik pribadi, sosial dan nasional secara sadar dan
tulus untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Dari disiplin diri dan
sosial tercipta kondisi budaya kerja, budaya tertib dan budaya bersih yang
melembaga pada setiap individu maupun masyarakat Indonesia yang mandiri dan
berkualitas serta mampu berkompetisi dalam pergaulan antar bangsa-bangsa atu
setidaknya sejajar dengan bangsa yang telah maju dibidang iptek dan
kesejahtraan bangsanya.
Dalam
ajaran agama Hindu baik dalam kitab suci Veda maupun susastra Hindu yang lain
kita temukan banyak ajaran yang mendorong umat manusia bekerja keras yang
dilandasi dengan keimanan atau Úraddhà dan Bhakti kepada Tuhan Yang Mahaesa.
Kerja adalah suatu keharusan, sebab Tuhan Yang Maha Esapun tiada henti-hentinya
menggerakkan hukum kemaha kuasaan-Nya. Perhatikanlah kutipan kitab suci
Bhagavadgìtà berikut :
Jika sedetik saja Aku tidak bekerja alam
semesta ini akan hancur lebur.Kalau Aku berbuat demikian, ber-arti Aku
menyebabkan kehancuran umat manusia dan
menghancurkan kedamaian semua makhluk.
Bhagavadgìtà III.24.
Kerja
sebagai kewajiban yang mesti dilakukan oleh setiap orang. Ajaran tentang kerja
ini dijelaskan secara gamblang di dalam Bhagavdgita Adhyàya IV dengan topik
Karma Yoga. Dalam kaitannya dengan budaya kerja yang dimaksud adalah kerja yang
dilandasi pengetahuan, kesadaran, kebijaksanaan, etika dan mengerti hakekat
kerja. Svami Vivekananda , seorang Yogi yang sangat mashur seratus tahun yang
lalu mengatakan : Your hand on work but your heart on God. dimaksudkan apapun
yang kita lakukan, pekerjaan apapun yang dikerjakan, semuanya itu disadari
sebagai Bhakti kepada
Tuhan
Yang Maha Esa seperti dijelaskan dalam sloka Bhagavagìtà berikut :
Apapun yang kau kerjakan, kau makan, kau
persembahkan, kau dermakan dan disiplin diri apapun yang kau laksanakan,
lakukanlah wahai Arjuna sebagai bhakti kepada Aku. Bhagavadgìtà IX.27.
Dengan berkerja sebagai bhakti kepada Aku,
engkau terlepas dari belenggu Karma yang membawa pahala baik dan buruk. Dengan
pikiran terpusatkan pada keikhlasan kerja,engkau akan bebas dan menca-pai Aku.
Bhagavadgìtà IX.28.
Selanjutnya
ajaran tetang budaya kerja dapat kita jumpai dalam kitab suci Veda berikut :
1. Orang hendaknya bekerja keras, tidak malas, tidak suka
tidur dan omong kosong. Orang yang tidak
tidur dapat mengatasi kemalasan, Tuhan Yang Maha Esa hanya menyayangi orang
yang bekerja keras Rg.veda IV.33.11.
Hendanya sifat penidur tidak mengusai
kami, juga kebiasaan omong kosong.
Rg.veda VIII.48.14.
Mereka yang tidak tidur (berlebihan),
mengurangi kemalasan.
Rg.veda VIII.2.18.
2. Tuhan Yang Maha Esa bersabda, hendaknya umat manusia
menghindari perjudian :
Wahai umat manusia! Janganlah bermain
judi, tanamilah ladangmu, berbahagialah dengan harta yang kau miliki,
syukurilah.Oh Penjudi! Ingatlah ternakmu dan ingat pula istrimu. Demikian sabda
Tuhan Yang Maha Mulia)
Rg.veda X.34.13.
3. Memperoleh kekayaan hendaknya bekerja dengan cara yang
benar (berdasarkan Dharma) dengan diserta doa dan ketulusan hati nurani :
Pari cin màrto dravióaý mamanyàd
åtasya pathà namasà vivàset,
uta svena kratunà saý vadeta
úreyàý saý dakûaý manasàjagåbhyàt.
Rg.veda
X.31.2.
(Seharusnya orang mencari kekayaan dan
berjuang untuk memperolehnya dengan cara yang benar dan diserta doa. Seorang
seharusnya memakai pertimbangan hati nuraninya penuh semangat berusaha
meningkatkan kemampuannya).
4. Diberikan umur yang panjang hendaknya dimanfaatkan untuk
berbuat baik :
Viúvadaniý sumanasaá syàma
Rg.veda VI.52.5.
(Hendaknya berbuat baik seumur hidup).
A no bhadràá kratavo yantu viúvataá
Rg.veda I.89.l.
(Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru).
Rg.veda VI.52.5.
(Hendaknya berbuat baik seumur hidup).
A no bhadràá kratavo yantu viúvataá
Rg.veda I.89.l.
(Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru).
5. Kewajiban umat manusia hanyalah bekerja tanpa kepentingan
peribadi dan
melakukannya atas dasar Dharma.Perbuatan baik mengantarkan orang mencapai umur panjang (seratus tahun) dan membebaskan manusia dari keterikan :
melakukannya atas dasar Dharma.Perbuatan baik mengantarkan orang mencapai umur panjang (seratus tahun) dan membebaskan manusia dari keterikan :
Kurvanneveha karmàni jijìviúcchata'samàá,
evaý tvayi nànyatheto'sti karma lipyate nare.
Yajurveda
XL.2.
(Wahai umat manusia
! Kewajibamu hanyalah bekerja tanpa kepentingan diri pribadi. Lakukanlah
perbuatan berdasarkan Dharma di dunia ini. Hal inilah yang akan mengantarkanmu mencapai umur panjang (ratusan tahun).
Demikianlah Karma bukan membelenggu manusia. Tidak ada jalan lain. hal inilah yang
mengantarkan mencapai kebebasan).
6. Orang hendaknya memahami hakekat pengetahuan dan kerja
secara bersamaan yang membebaskan dari kematian, karena dengan Karma dan
pengetahuan orang memperoleh keselamatan
:
Vidyàý càvidyàý ca yaûþadvedobhaya'saha,
avidyàyàmåtyuýtirtva vidyàya'måtam asnute.
Yajurveda XL.14.
(Ia yang memahami hakekat pengetahuan
dan perbuatan secara bersamaam dapat mengatasi kematian karena perbuatan
(Karma) dan melaui pengetahuan (Vidyà) memperoleh keselamatan).
Di dalam Mahàbhàrata dapat dijumpai
ajaran tentang budaya kerja, yang sangat relevan pada jaman sekarang, sebagai
berikut:
Àcàràllabhate hyàyuràcàràllabhate úrìyam,
àcàràt kìrtimàpnoti puruûaá pretyaccha ca.
Anuúàsanaparva
104.6.
(Tingkah laku yang baik menyebabkan umur
panjang, kemakmuran dan memperoleh kemashuran dalam hidup ini dan setelah
meninggalkan badan)
Saddoûaá puruûeneha hàtvya bhùtimicchata,
nidrà tandra bhayaý krodham àlasya dìrghasùtrata.
Udyogaparva 33. 78.
nidrà tandra bhayaý krodham àlasya dìrghasùtrata.
Udyogaparva 33. 78.
(Orang yang menginginkan kesejahtraan di dunia ini, ia harus meninggalkan enam sifat yang tidak baik, yaitu : suka tidur, malas, takut, marah, tidak bersemangat dan selalu mengulur waktu untuk menyelesaikan pekerjaan)
Lebih jauh di dalam kitab suci
Bhagavadgìtà dijelaskan dalam uraian yang sangat gamblang ajaran tentang budaya
kerja, diantaranya sebagai berikut :
1. Orang hendaknya melakukan kerja yang telah menjadi
kewajiban dengan baik dan di dalam
melaksanakan seseorang tidak perlu terikat dengan hasilnya, sebab setiap
perbuatan yang baik akan memperoleh kebaikan :
Bhagavdgìtà III.8, II.47
Niyataý kuru karma tvaý
karma jyàyo hi akarmanah,
úarìrairayatrà'pi ca te na
prasidhyed akarmanaá.
Karmany evàdhikàraste
mà phaleûu kadàcana,
mà karma phala hetur bhùr
mà te saògo'stv akarmàni.
(Bekerjalah sesuai dengan tugas dan
kewajiban yang telah ditentukan sebab bekerja jauh lebih baik dari pada tidak
bekerja dan tubuhpun tidak akan terpelihara bila kita tidak bekerja. Kewajibanmu
hanyalah bekerja, tidak hasil pekerjaan yang engkau pikirkan, jangan
sekali-kali menjadi motif dalam bekerja,
jangan pula hanya berdiam diri).
2. Lakukan kerja sebagai persembahan kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan lepaskanlah diri dari pamerih, dengan demikian orang mampu mengatasi
kesedihan:
Mayi sarvàói karmàói
saýnyàsadhyàtmàcetasà,
niràsìr nirmamo bhùtvà
yudhyasva vigatava araá.
Bhagavadgìtà
III.30.
(Persembahkanlah segala kerjamu kepada
Aku dengan memusatkan pikiran kepada Aku. Lepaskanlah dirimu dari pamerih dan rasa keakuan serta
bangkitlah,engkau akan terbebas dari pikiran yang susah).
Demikian antara lain ajaran atau
nilai-nilai budaya kerja yang diajarkan dalam kitab suci Veda dan susastra Hindu
lainnya. Kini nyatalah bagi kita bahwa ajaran agama mempunyai peranan yang
panting dalam meberikan motivasi untuk meningkatkan budaya kerja, mengingat
agama adalah titik sentral dan basis kehidupan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar