JAPAMALA
dikenal secara umum sebagai Tasbih, antara lain digunakan oleh umat Islam,
Kristen, Budha, dan Hindu. Untuk agama lain saya tidak membahasnya karena saya
tidak tahu, sedangkan untuk Hindu, sumber sastranya : Kalika Purana dan
Sanatkumara Samhita, diuraikan sebagai berikut :
JAPAMALA
terdiri dari dua kata induk Bahasa Sanskrit yaitu : JAPA dan MALA. Japa adalah
pengulangan mantra suci selama beberapa kali. Mala adalah butir-butir yang
dirangkai dengan benang kapas. Jadi Mala yang digunakan untuk ber-Japa disebut
JAPAMALA. Perkataan Japa juga terdiri dari dua kata pokok yaitu JA artinya
menghancurkan siklus kelahiran dan kematian (samsara/purnabhawa), dan PA
artinya menghancurkan segala dosa.
Butir-butir
mala sebanyak 108 biji. Jika dirasa terlalu panjang bisa dipendekkan menjadi 54
atau 27 biji yaitu setengah dan seperempat dari 108. Mengenai penggunaan angka
108 ada dua versi yaitu : 1) Mitologi Bhagawan Walmiki yang ketika masih walaka
bernama Ratnakara pernah merampok 108 Pendeta, namun ketika akan menganiaya
Pendeta yang ke 109 yang ternyata penyamaran Dewa Siva, Ratnakara menjadi sadar
dan bertobat, kemudian beliau disuruh ber-Japa selama 100 tahun. Setelah masa
itu lampau, Ratnakara disudhi menjadi Bhagawan Walmiki. Jadi angka 108 dalam
hal ini adalah tonggak kesadaran dan permohonan ampun atas dosa-dosa yang lalu.
2) Angka 108 adalah unik dan sakral, karena jika dijumlahkan : 1+0+8 = 9,
setengahnya : 5+4 = 9, seperempatnya " 2+7=9. Angka 9 adalah angka
tertinggi, dan angka 9 juga menunjukkan kedudukan Hyang Widhi dalam lingkaran
arah mata angin : Timur (Purwa) sebagai Ishwara, Tenggara (Agneya) sebagai
Mahesora, Selatan (Daksina) sebagai Brahma, Barat daya (Nairity) sebagai Rudra,
Barat (Pascima) sebagai Mahadewa, Barat laut (Wayabya) sebagai Sangkara, Utara
(Uttara) sebagai Wisnu, Timur laut (Airsaniya) sebagai Sambhu, dan
Tengah-tengah sebagai Siwa.
Bahan
biji-biji Mala ada bermacam-macam, diurutkan mulai dari yang paling tinggi
nilai hasiat dan manfaatnya :
1)
Simpul rumput kusa (ilalang), Tulasi, dan Rudraksa (cendana).
2)
Emas,
3)
Biji bunga teratai,
4)
Kristal dan Mutiara,
5)
Permata,
6)
Batu mulia (akik),
7)
Kulit kerang,
8)
Biji pohon Putrajiva.
Namun
demikian ada penggunaan biji-biji untuk pemujaan khusus. Japamala dari gading
gajah, untuk pemujaan Ganesa, dari pohon Tulasi untuk pemujaan Visnu, dari
Rudraksa untuk pemujaan Devi Kali dan Siva, dari simpul rumput Kusa untuk
menghancurkan segala dosa, dari biji pohon Purtajiva untuk mohon memperoleh
anak/keturunan, dari Kristal untuk memenuhi semua keinginan, dari batu karang
untuk mohon kekayaan. Yang perlu diperhatikan agar tidak mencampur berbagai
biji-bijian dalam satu Japamala.
Benang
yang digunakan merangkai biji-biji adalah benang dari kapas karena memenuhi
empat kegunaan yaitu menuju : Dharma, Arta, Kama, dan Moksa. Manfaat warna
benang : putih memberi kedamaian, merah menarik pengaruh, kuning memberi
perlindungan, dan hitam memberi kekayaan duniawi dan spiritual. Jadi keempat
warna benang kapas itu dapat dipilin disatukan untuk merangkai biji-biji
menjadi Japamala. Jika hanya menggunakan satu warna, putih untuk para Pendeta,
kuning untuk prajurit, hitamuntuk pengusaha, dan merah untuk semua profesi.
Bentuk Japamala hendaknya seperti ekor sapi atau ular, artinya luwes, tidak kaku.
Untuk itu maka jarak antar biji agar sedikit renggang.
Mensucikan
Japamala dengan menggunakan Pancagavya, yaitu campuran : susu, sari susu, madu,
gula dan air. Agar tidak lengket, porsi air dapat lebih dibanyakkan. Puja
Mantra setelah mencuci Japamala :
Om hram mam japam grhni
svaha sat prayojanam dehi, om hram
Mam dhyanam grhni svaha sat
prayojanam dehi, om hram mam
Yogam grhni svaha sat
prayojanam dehi.
Penggunaan
Japamala : lingkarkan di tiga jari tangan kanan : tengah, manis dan kelingking.
Telunjuk tegak lurus. Ibu jari mendorong satu persatu biji setiap ucapan satu
bait mantram. Jika sudah bertemu "Mudra" (biji pembatas rangkaian)
maka Mudra tidak boleh dilewati. Gerakan ibu jari kemudian menarik satu persatu
biji, sampai ketemu Mudra lagi, seterusnya mendorong lagi, sampai genap ucapan
mantram 108 kali (bait).
Mantram
yang paling tepat digunakan adalah Gayatri Mantram atau Maha Mantra yang hanya
satu bait, terdiri dari empat baris kalimat, disebut Vaidika Gayatri :
Om bhur bhuvah svah, tat
savitur varenyam, bhargo devasya
Dhimahi, dhiyo yo nah
pracodayat.
Menurut
Narayana Upanisad ada 20 jenis Mantra Gayatri, yaitu : Ganesa, Narasimha,
Narayana, Mahalaksmi, Kali, Brahma, Hamsa, Agni, Surya, Durga, Hiranyagarbha,
Rudra, Aditya, Garuda, Nandi, Sanmukha, Candra, Yama, Prthivi, dan Hayagriva.
Dapat juga menggunakan mantra lain sesuai dengan tujuan/keinginan. Misalnya
untuk para pengusaha (bisnis) ber-Japa dengan Mantra : OM A VISVANI AMRTA
SAUBHAGANI (Rgveda V. 76. 5). Artinya : Hyang Widhi, yang Maha pemurah,
anugrahkanlah segala keberuntungan yang memberikan kebahagiaan kepada kami.
Cara ber-Japa yang baik adalah sikap duduk dengan Padmasana, Silasana, atau
Bajrasana, punggung dan leher/kepala tegak, mata memandang ujung hidung. Dalam
keadaan darurat ber-Japa dapat dilakukan dengan duduk biasa di korsi (misalnya
di pesawat, bus, kereta api, mobil, dll), dengan tidur (ketika sakit) dan
sambil berjalan (misalnya tersesat di hutan atau sedang berjalan kaki dalam
jarak jauh). Saran saya, akan sangat baik dan bermanfaat anda selalu membawa
Japamala di saku, atau tas anda, sehingga jika ada waktu lowong, setiap saat
bisa ber-Japa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar