Pengertian Panca Nyama Brata mempunyai arti
lima macam pengendalian diri dalam tingkat mental, untuk mencapai kesempurnaan
dan kesucian bathin. Panca Nyama Brata adalah untuk mengendalikan semua akibat
– akibat buruk yang ditimbulkan oleh mental dan pikiran.
A. BAGIAN –
BAGIAN PANCA NYAMA BRATA
1. Akroda
2. Guru Susrusa
3. Sauca
4. Aharalagawa
5. Apramada
B. PENJELASAN MASING – MASING PANCA NYAMA BRATA
1. Akroda
Akroda artinya tidak marah, atau tidak
mempunyai sifat marah. Dengan kata lain mampu mengendalikan sifat – sifat
marah.
Salah satu dari sifat – sifat marah adalah
mudah tersinggung. Sifat inilah yang harus dikendalikan sehingga manusia tidak
mudah marah. Dengan mampunya manusia menahan sifat marah maka manusia akan
mempunyai jiwa yang sabar.
Kesabaran adalah sifat yang mulia. Orang sabar
tidak mudah tersinggung, sehingga akan disenangi oleh teman – teman. Orang yang
diajak bicara akan merasa senang. Ia akan selalu tenang dalam menghadapi segala
masalah. Pekerjaan dikerjakan dengan rasa tenang sehingga akan menghasilkan
yang baik. Seperti apa yang diuraikan dalam “kitab Sarasamuccaya” sloka 94, sbb
: “ Kesabaran hati merupakan kekayaan yang sangat utama, itu sebagai emas dan
permata. Orang yang mampu mengendalikan nafsu ( kemarahan), tidak ada yang
melebihi kemuliaan”.
Oleh karena itu kemarahan harus dikendalikan.
Dengan tumbuhnya kemampuan mengendalikan kemarahan menyebabkan tumbuhnya
kebijaksanaan pada orang itu.
Didalam Weda dikatakan bahwa : Orang yang
tidak pemarah dan sabar adalah bersifat pemaaf. Orang yang sabar akan selalu
dapat berpikir baik. Tidak terpengaruh oleh nafsu dan perasaan hati. Ia akan
berbuat baik oleh karena itu orang sabar luhur budinya, banyak pahalanya.
2. Guru
Susrusa.
Guru Susrusa artinya hormat dan bakti terhadap
guru. Guru Susrusa juga berarti mendengarkan atau menaruh perhatian terhadap
ajaran – ajaran dan nasehat guru.
Siswa yang baik akan selalu berbakti dan
memperhatikan sikap hormat terhadap gurunya. Mempelajarai apa yang diajarkan.
Dalam hal Guru, biasanya ada empat macam guru yang disebut Catur Guru : yaitu
Guru Rupaka yaitu orang tua, Guru pengajian yaitu Bapak dan Ibu Guru disekolah,
Guru Wisesa adalah pemerintah, dan yang stunya Guru Swadyaya yaitu Tuha ( Sang
Hyang Widhi )
Anak yang hormat dan bakti terhadap Guru diberikan
gelar anak yang suputra, sedang anak yang menentang terhadap Guru di sebut
Alpaka Guru, hukumannya sangat berat dalam alam Neraka nantinya. Sedang anak
yang Suputra akan mendapatkan tempat yang baik di sorga maupun di masyarakat,
karena sangat berguna bagi nusa dan bangsa. Marilah kita kenali satu persatu
dari Catur Guru yang harus kita hormati.
a. Guru Rupaka
Guru Rupaka sering pula disebut “ Guru Reka “
yaitu orang gyang sangat besar jasanya, orang yang menyebabkan kita lahir ke
dunia. Betapa besar pengorbanan dan tanggung jawabnya terhadap anak. Dalam
kitab “ Kakawin Nitisastra “ disebutkan ada lima jasa orang tua terhadap
anaknya, sebagai usaha agar anaknya tumbuh sebagai suputra. Kelima jasa orang
tua itu disebut “ Panca Widha yaitu “ Ametwaken “ artinya melahirkan matulung
urip “ artinya menolong jiwa ( anak ) dari bahaya. “ maweh bhinojaya “ artinya
memberi makan dan minum, Mangupadyaya “ artinya mengajar dan mendidik (
menyekolahkan ) ana dan “ Anyangaskara “ artinya mengupacarai.
Demikian
besarnya jasa orang tua yang melahirkan kita, maka kita wajib menghormati dan
patuh kepadanya, tiada yang dapat melebihi kasih sayang orang tua terhadap
anaknya.
b. Guru Pengajian
Adalah Bapak dan Ibu yang memberikan ilmu
pengetahuan dan mendidik di sekolah.
Guru pengajian yang menyebabkan kita menjadi
pandai dan berguna bagi nusa dan bangsa. Kita bisa membaca dan menulis berkat
jasanya. Maka hormati beliau dengan cara yang tekun dan mentaati tata tertib
sekolah.
c. Guru Wisesa
Adalah pemerintah sebagai anggota masyarakat
kita wajib menaati segala peraturan yang mengatur tertib bermasyarakat.
Peraturan – peraturan itu yang mengatur agar hidup bermasyarakat menjadi aman,
tentram dan harmonis.
Bangsa yang besar dan maju adalah bangsa yang
selalu taat dan patuh terhadap peraturan dan perundang – undangan yang berlaku.
Yang bertugas melaksanakan peraturan itu adalah pemerintah. Betapa berat tugas
pemerintah menjaga keamanan dan ketertiban itu. Oleh karena itu, kita patut
mentaati peraturan yang berlaku.
d. Guru Swadyaya
Sang Hyang
Widhi disebut Guru Swadyaya. Beliau pencipta, pemelihara dunia beserta isinya.
Semuanya ini karena Sang Hyang Widhi. Oleh karena itu, harus sujud bakti
kepadaNya.
3. Sauca
Sauca berasal dari kata “ SUC “ yang artinya
bersih, murni atau suci. Jadi yang dimaksud Sauca adalah Kesucian dan kemurnian
lahir batin.
Dalam
silakrama disebutkan sebagai berikut :
“ Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran dibersihkan
dengan kejujuran, roh dibersihkan dengan ilmu dan tapa, akal dibersihkan dengan
kebijaksanaan. “
Banyak yang dapat kita usahakan untuk mencapai
kesucian lahir maupun batin. Kesucian lahir ( jasmani ) dapat kita capai dengan
selalu membiasakan hidup bersih., misalnya mandi yang teratur, membuang sampah
pada tempatnya dsb. Sedangkan kesucian batin ( rohani ) dapat dilakukan dengan
rajin sembahyang, menghindari pikiran dari hal – hal negatif.
Dengan jalan mengusahakan kesucian lahir batin
kita akan mudah mendekatkan diri kehadapan Sang Hyang Widhi. Kebersihan jasmani
atau lahiriah akan mendatangkan kesehatan, maka ada istilah “ Kebersihan
Pangkal Kesehatan “. Adanya kesehatan inilah kita akan banyak berbuat baik.
Dengan kesehatan kita akan bisa belajar dengan
baik untuk mencapai cita – citanya. Dengan kesehatan jasmani kita juga mampu
melaksanakan Tapa, Brata, Yoga dan Semadi, untuk mendapatkan kesucian batin.
4. Ahara Lagawa
Ahara Lagawa brasal dari kata Ahara artinya
makan, dan Lagawa artinya ringan. Jadi Ahara Lagawa artinya makan yang serba
ringan dan tidak semau – maunya. Makan yang sesuai dengan kemampuan tubuh.
Ahara Lagawa berarti juga mengatur cara dan makanan yang sebaik – baiknya.
Lawan dari Ahara Lagawa adalah kerakusan. Kerakusan akan menghalangi dan
merintangi kesucian batin.
Disamping makan berlebihan menyebabkan sakit.
Agar badan menjadi sehat, makanlah makanan yang banyak mengandung gizi. Orang
yang makan teratur dan bergizi badannya menjadi sehat dan pikirannya menjadi
segar dan cerdas. Sebaliknya orang yang makan berlebihan, tidak teratur
dan suka minum minuman keras seperti arak, bier dan sejenisnya, maka badannya
menjadi sakit dan sarafnya terganggu. Serta pikiranpun menjadi kacau.
Sehingga dalam kitab Bhagawad Gita Bab XVII, 8
disebutkan jenis – jenis makanan yang patut dimakanagar menjadi orang yang
bijaksana dan memiliki sifat luhur ( Satwika )
Didalam kitab Silakrama diuraikan panjang
lebar mengenai aturan – aturan makan dan minum. Disebutkan pula binatang yang
boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan.
Demikian pentingnya pengendalian dalam hal
makan, maka ada salah satu cara pengendaliannya yaitu dengan melakukan “
Upawasa “ artinya tidak makan dan minum, yang biasanya dilakukan pada waktu
Hari Raya NYepi.
Makanan yang baik, adalah makanan yang sudah
dipersembahkan, makan yang tidak menyebabkan diri sakit, makanan yang
mengandung protein, Makan makanan yang serba ringan sebenarnya untuk
meringankan beban pekerjaan pencernaan untuk mempermudah mendapat ketentraman
perasaan dan kesucian batin.
5. Apramada
Apramada artinya tidak bersifat ingkar atau
mengabaikan kewajiban. Apramada ialah tidak segan – segan untuk mempergunakan
hidup itu sebagai Sadana / jalan guna melakukan Yoga dan Samadi. Seorang siswa
harus tidak segan- segan untuk menurut ajaran dan nasehat guru. Tidak boleh segan
mengucapkan berkali-kali menghafal dan mengulangi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Tidak boleh segan-segan bertanya bila ada suatu persoalan yang belum jelas. Dengan
berusaha melaksanakan kewajiban sendiri (Swadharma) dan menghormati kewajiban
orang lain (para dharma), maka keharmonisan akan dapat dicapai, yang pada
akhirnya kebahagiaan juga akan dapat dicapai.
Dalam kitab Bhagawad Gita Bab XVIII, 47
disebutkan :
Lebih baik swadharma diri sendiri meskipun
kurang sempurna dari pada dharma orang lain yang sempurna pelaksanaannya.
Karena seseorang tidak akan berdosa jika melakukan kewajiban yang telah
ditentukan oleh alamnya sendiri.
Sloka diatas menegaskan agar kita melaksanakan
kewajiban sendiri seperti sebagai pelajar maka laksanakan kewajiban sebagai
pelajar, jangan lalai, jika sebagai pelajar melalaikan kewajiban sebagai
pelajar, maka kita berdosa dan menjadi bodoh.
Adapun kewajiban – kewajiban yang harus
dilakukan oleh siswa kerohanian adalah :
1. Arcana, artinya memuja dan pemujaan yang terpenting
adalah pemujaan kepada Sang Hyang Widhi.
2. Adhyaya, artinya belajar
3. Adhyapaka, artinya mengajar ( misal mengajar adik )
4. Swadyaya, artinya belajar sendiri. Rajin belajar dan
mengulangi pelajaran yang telah disampaikan.
5. Brata artinya melakukan pantangan – pantangan
misalnya mengurangi makanana dan minuman
6. Kewajiban – kewajiban ini tidak boleh diabaikan oleh
siswa kerohanian dan bahkan harus selalu diingat dan dilaksanakan agar benar –
benar tercapai kesempurnaan rohani dan
kesucian batin.
Demikian uraian Panca Nyama Brata yang
merupakan kesusilaan untuk mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian batin
untuk mencapai dharma dan moksa yang merupakan tujuan akhir ajaran Hindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar