Agama
Hindu merupakan agama yang tertua di dunia. Ini pendapat orang-orang non-Hindu.
Agama Hindu, kitab sucinya Weda adalah wahyu Tuhan yang diturunkan melalui para
Maharsi yang jumlahnya tujuh Maharsi yang disebut Sapta Rsi (Rsi Grtsamada, Rsi
Wiswamitra, Rsi Wamadewa, Rsi Atri, Rsi Baharadwaja, Rsi Wasista dan Rsi
Kanwa). Wahyu/sabda Brahman inilah dituangkan dalam bentuk tulisan yang diberi
nama Weda Sruti (Rg Weda, Sama Weda, Yayur Weda, dan Atharwa Weda). Manakala
ada pertanyaan apakah Weda Sruti ilmiah, dengan tegas harus dijawab ilmiah. Hal
ini sudah dibuktikan kebenarannya. Yang membuktikan adalah orang Hindu dan
bahkan non-Hindu.
Kebijaksanaan
Weda meliputi cara kerja kosmos pada segala tingkatan dari pinda (mikrokosmos)
sampai pada Brahmanda (makrokosmos). Seperti yang dinyatakan oleh Swami Sri
Bharati Krsna Tyirthaji Maharaja, seorang sarjana Weda dan matematika, bahwa:
”Kata Weda memiliki arti awal sebagai sumber utama dan khazanah tak terbatas
dari segala pengetahuan.” Tidak hanya berhubungan dengan apa yang disebut
spiritual atau materi dunia lain, tetapi juga pengetahuan yang berkaitan dengan
apa yang biasa digambarkan sebagai duniawi murni dan juga terhadap cara
pencairan oleh manusia sedemikian rupa guna mencapai keberhasilan yang sempurna
pada segala arah yang diamati.
Sebagai
akibat dari keuniversalan Weda, ia hanya berurusan dengan kehidupan dunia luar
dan kegiatan manusia, seperti juga keberadaan yang ada di dalamnya, dalam jiwa
atau kesadaran tertinggi. Bukti yang terbaik tentang epistemologi ”pengetahuan
keilmuwan” ini ditemukan dalam Wedanta Chandogia Upanisad. Di sini si pencari
Brahmawidya/teologi diminta oleh gurunya seberapa jauh ia telah maju dalam
belajar dan mencari keahlian dalam pokok-pokok permasalahan seperti sejarah
(itihasa), literatur (purana), matematika (rasia vidya), ekonomi (nidhi-vidya),
filsafat/logika (vakya-vidya), etika dan politik (ekayatana), fisika
(bhuta-vidya), ilmu kemiliteran (ksatrya-vidya), astronomi (naksatra-vidya),
sosial-psikologi (jana-vidya). Wedangnga juga termasuk pokok-pokok permasalahan
ini seperti siksa (ilmu pengucapan kata-kata), chanda (ilmu perpajakan),
vyakarana (ilmu tata bahasa), nirukta (etimologi), kalpa (ilmu tentang
kewajiban pribadi, keluarga dan masyarakat).
FAKTA RIBUAN TAHUN
Kenyataannya,
dalam beberapa bidang pengetahuan, ilmu pengetahuan modern telah menemukan
fakta-fakta yang sebelumnya sudah ada dalam literatur Weda ribuan tahun silam.
Dalam pelajaran filsafat ilmu, pengetahuan astronomi tentang peredaran, India
pada masa Weda menunjukkan bahwa apa yang diketahui para astonom tentang
peredaran bumi mengelilingi matahari, jauh sebelum Copernicus mendapat
peringatan dan Galileo Galilei disiksa karena penemuannya. Penghormatan tinggi
yang sama telah diberikan pada pengetahuan keilmuwan dalam Wedanta oleh para
sarjana Barat. Gerald Heard mengatakan, ”Wedanta sangat ilmiah tentang
–hukum-hukum yang mengatur alam semesta. Demikian juga Dr. Kenneth Walker yang
menyanjung kebijaksanaan Weda dan mengatakan, ”Wedanta merupakan suatu usaha
untuk meringkas seluruh pengetahuan manusia dan membuat manfaat seluruh
pengalaman manusia. Pada suatu saat ia adalah agama, pada saat lainnya filsafat
dan saat lainnya lagi ilmu pengetahuan.” Dengan kata lain 3 pilar ilmu
pengetahuan dunia, terdapat di dalam kitab suci Hindu (Weda) yaitu ontologi,
epistemologi dan aksiologi.
Dalam
masalah spiritual-etika ”aksiologi”: menguraikan tentang intuisi sebagai
pasyati buddhi – kecerdasan melihat dan juga ritabhrah atau ”kecerdasan
yang menyangga kebenaran” yang memahami realitas secara spontan dan sempurna,
tanpa penerimaan suatu jejak ketidakbenaran. Dalam terminologi modern, ia
dikenal sebagai supra-nalar atau persepsi supra-rasional.
KEANGKUHAN ITU
Dalam
Wedanta-Srimad Bhagavatam, Narada mengatakan bahwa, ”Manusia di bumi ini
didatangi oleh jenis mada, keangkuhan yang berbeda. Seorang pangeran angkuh,
seorang sarjana kadang-kadang angkuh. Tetapi ada keangkuhan dari suatu jenis
berbeda: berbeda dari yang lainnya dan yang jauh lebih buruk. Adalah keangkuhan
yang lahir dari sri, kekayaan. Sebab dengan kekayaan, manusia terlibat dengan
perempuan, dengan perjudian, dengan bermabukan dan manakala keangkuhan hebat
seperti itu mendatangi dia, manusia kehilangan perspektif, menjadi tuli dan
digerogoti oleh para buta-kala dan akan melanggar peraturan-peraturan azas
legalitas yang telah disahkan oleh banyak orang, bukan pribadi. Maka manusia
akan kehilangan pengendalian dirinya dan ia menjadi tanpa keramahan. Ia
memperdaya dirinya ke dalam pemikiran bahwa badan ini permanen. Hanya orang
bodoh yang menganggap badan ini abadi. Karena ia tidak mengetahui perbedaan
antara badan dan penghuni di dalamnya: Deha dan Dehin itu. Bagi
cendekiawan/intelektual yang ditutupi keangkuhan satu-satunya pengobatan adalah
kemiskinan. Hanya orang miskin yang mengetahui bahwa ia sama dengan binatang.
Vidyamada, keangkuhan karena pengetahuan, dhanamada, keangkuhan karena
kekayaan, kulamada keangkuhan karena kelahiran: ‘seorang yang tidak menderita
ketiga penyakit mada itu, tentu saja mustahil untuk ditemukan. Hanya orang
miskin yang bebas dari mada ini dan penderitaannya adalah tapa yang ia
laksanakan menuju dunia yang lebih kekal sebanding dunia ini. Tetapi seorang
sadaka yang mempunyai ketenangan batin biar bagaimana pun, tidak hanya perasaan
selain bhakti kepada Narayana; Tuhan Yang Esa. Tidak ada manfaatnya bagi orang
yang tercela yang mabuk dengan kekuasaan.”
Berdasarkan
ulasan di atas pada Hari Raya Galungan ini, yang perlu diingat bahwa kebajikan
atau dharma harus didasarkan kebenaran, telah didefinisikan segi hukum keadilan
dan keselarasan, yang bersatu padu dalam struktur alam semesta, seperti
dikehendaki Tuhan. Oleh karena itu, bagi si pencari kebenaran, kebajikan/dharma
akan berarti menuntun suatu kehidupan yang adil dan harmonis dalam semua
hubungan dengan yang lainnya pada berbagai tingkatan, baik di rumah maupun
dalam masyarakat, bangsa dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar