A. Definisi
Sembahyang
Sembahyang
terdiri atas dua kata, yaitu: (1) Sembahberarti sujud atau sungkem
yang dilakukan dengan cara-cara tertentu dengan tujuan untuk menyampaikan
penghormatan, perasaan hati atau pikiran baik dengan ucapan kata-kata maupun
tanpa ucapan, misalnya hanya sikap pikiran. (2) Hyang berarti yang
dihormati atau dimuliakan sebagai obyek dalam pemujaan, yaitu Sang Hyang Widhy
Wasa Yang Maha Esa.
Dalam
bahasa sehari-hari sembahyang sering disebut dengan istilah“mebhakti” atau “maturan”.
Disebut juga dengan“muspa” karena dalam persembahyangan itu lazim juga melakukan
persembahan menggunakan kembang (puspa). Disebut “mebhakti” karena inti
dari persembahan itu adalah penyerahan diri setulus hati tanpa pamrih kepada
Sang Hyang Widhi Wasa. Demikian pula kata “maturan” yang artinya
mempersembahkan apa saja yang merupakan hasil karya sesuai dengan kemampuan
tanpa dipaksakan dengan perasaan yang tulus ikhlas, seperti bunga, buah-buahan,
jajanan, minuman dan lain-lain.
B. Manfaat
Bersembahyang
Sembahyang
memiliki manfaat yang sangat besar bagi kita baik manfaat pisik maupun psikis.
Salah satu manfaat sembahyang adalah untuk memelihara kesehatan. Selain pikiran
menjadi jernih, sikap-sikap sembahyang seperti asana (padmasana,
siddhasana, sukhasana, dan bajrasana)
membuat otot dan pernafasan menjadi bagus.
Bersembahyang
dan berdoa juga mendidik kita untuk memiliki sifat ikhlas karena apa yang ada
di dalam diri dan di luar diri kita tidak ada yang kekal, cepat lambat akan
kita tinggalkan atau berpisah dengan diri kita. Keikhlasan inilah yang dapat
meringankan rasa penderitaan yang kita alami karena kita telah paham benar akan
kehendak Sang Sang Hyang Widhi Wasa. Bersembahyang juga dapat menentramkan jiwa
karena adanya keyakinan bahwa Sang Hyang Widhy Wasa selalu akan melindungi
umatNya.
C. Persiapan
Sembahyang
Persiapan
sembahyang meliputi persiapan lahir dan persiapan batin. Persiapan lahir
seperti pakaian, bunga, dupa, sikap duduk, pengaturan nafas dan sikap tangan.
Sedangkan persiapan bathin adalah ketenangan dan kesucian pikiran.
Langkah-langkah
persiapan dan sarana-sarana sembahyang adalah sebagai berikut:
1.
Asuci
laksana, yaitu membersihkan badan dengan mandi.
2.
Pakaian,
hendaknya memakai pakaian sembahyang yang bersih serta tidak mengganggu
ketenangan pikiran dan sesuai dengan Desa Kala
Patra (tempat, waktu dan aturan).
3.
Bunga dan Kawangen,
yaitu lambang kesucian sehingga diusahakan memakai bungan yang segar, bersih
dan harum. Jika dalam persembahyangan tidak ada kawangen, maka dapat diganti
dengan bunga. Kawangen berasal dari kata kewangi (keharuman) yang menunjukkan
cinta harum kita kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Kawangen juga menyimbolkan alam
bhuana agung, seperti bulan, matahari dan bintang. Bentuknya yang segitiga
menunjukkan apa yang kita mohon menuju pada diri kita. Menurut Agastya Parwa
bunga yang baik untuk persembahan adalah “Nihang
ikang kembang tan yogya ring bhatara. Kembang uleren, kembang ruru tan inunduh,
kembang laywan-laywan ngaranya alewas sekar-kembang munggah. Ring sema, nahan
ta twir ning kembang tan yogya pujakina de nikang Sang Satwika” yang
terjemahannya adalah inilah bunga yang tidak patut dipersembahkan kepada
Bhatara, bunga yang berulat, bunga yang gugur tanpa diguncang (dipetik), bunga
yang berisi semut, bunga yang layu yaitu lewat masa mekarnya, bunga yang tumbuh
dikuburan, itulah jenis-jenis bunga yang tidak patut dipersembahkan oleh orang
yang baik-baik.
4.
Dupa,
yaitu simbol Hyang Agni, saksi dan pengantar sembah kita kepada Sang Hyang
Widhi Wasa.
5.
Tempat duduk,hendaknya
tidak menggangu ketenangan untuk sembahyang serta arah duduk adalah menghadap
pelinggih.
6.
Sikap duduk,
dapat dipilih sesuai Desa Kala Patra dan tidak mengganggu ketenangan hati. Ada
empat yaitu padmasana, siddhasana, sukhasana,
dan bajrasana.
7.
Sikap tangan,
pada saat melaksanakan Puja Tri Sandya adalah dengan sikap “Amusti
Karana” yaitu cakupkan dua tangan didada, kedua ibu jari bertemu, empat
jari kanan menutup empat jari kiri. Sikap lain yang dapat digunakan adalah Dewa Pratista,yaitu cakupan dua tangan didada, kedua
ibu jari bertemu dan disatukan dengan jari telunjuk tangan kanan dan empat jari
kiri menutup empat jari kanan.Sedangkan
sikap tangan yang baik pada waktu sembahyang/muspa adalah “cakupang Kara Kalih”,
yaitu kedua telapak tangan dikatupkan diletakkan di depan ubun-ubun. Bunga atau
kawangen dijepit pada ujung jari tengah.
D. Urutan
Sembahyang
Memasuki
areal Pura hendaknya “melukat” terlebih dahulu dengan
memercikkan tirtha kepada diri kita, sebagai simbol menyucikan diri dan mohon
ijin secara niskala. Hendaknya umat masuk ke Pura melalui pintu sebelah kiri
dan keluar menuju pintu sebelah kanan karena harus sesuai dengan arah
perputaran waktu yang selalu maju.
Sebelum
melaksanakan Kramaning Sembah
hendaknya melaksanakan Puja Trisandya terlebih dahulu. “Dalam melakukan Puja
Trisandya baik sendirian maupun berkelompok kita berkonsentrasi dengan baik,
mengikuti desah nafas kita dengan halus dan pelan. Sepanjang mampu kita
bernafas lantunkanlah sloka-sloka tersebut dengan lemah lembut. Kalau kita
melantunkan sloka dengan pikiran, maka mantram tersebut seperti terkejar-kejar
atau belomba-lomba dan tidak berakhir dengan bersamaan”.
Setelah
melakukan Puja Trisandya, kita lanjutkan dengan melaksanakan Panca Kramaning
Sembah yang bermakna sebagai berikut:
1.
Sembah pertama dengan tangan
kosong (puyung) yang intinya bertujuan untuk memohon kesucian dan memusatkan
pikiran.
2.
Sembah kedua, ketiga dan keempat
dengan memakai bungan dan kawangen dengan tujuan penyampaian rasa hormat kepada
Sang Hyang Widhy Wasa, penyampaian hormat kepada sifat wujudNya dalam segala
manifestasiNya dan kepada para Dewa, serta penyampaian permohonan maaf dan
permohonan anugrah.
3.
Sembah kelima, yaitu sembah
tangan kosong yang merupakan sembah penutup sebagai rasa terima kasih atas wara
nugraha beliau dan mengantarkan kembali ke alam gaib.
Seusai
melaksanakan persembahyangan, umat dipercikkan tirtha wangsuh pada Ida Bhatara.
Tirta ini dipercikkan 3-7 kali di kepala, 3 kali diminum dan 3 kali mencuci
muka (meraup). Hal ini dimaksudkan agar pikiran dan hati umat menjadi bersih
dan suci. Kebersihan dan kesucian hati adalah pangkal ketenangan, kedamaian dan
kebahagiaan lahir dan bathin itu sendiri.
Kemudian
mawija atau mabija dilakukan setelah selesai metirtha yang merupakan rangkaian
terakhir dari suatu persembahyangan. Wija atau bija adalah biji beras yang
dicuci dengan air atau air cendana. Bila dapat diusahakan beras galih, yaitu
beras yang utuh tidak patah (aksata). Wija atau bija adalah lambang Kumara,
yaitu putra atau wija Bhatara Siwa. Jadi, mewija mengadung makna menumbuh
kembangkan benih ke-Siwa-an itu di dalam diri.
Perlu
diketahui, bahwa aktifitas persembahyangan merupakan sebuah siklus yang
membentuk satu kesatuan,mulai dari sikap tangan, dan mantram yang ucapkan.
Sehingga dalam bersembahyang kita harus mengikuti urutan-urutan
persembahyangan.
E.
Tahapan Persembahyangan
1.
Mantram Dupa :
Oṁ Ang dupa dipāstraya nama swāha
OṁSang Hyang
Widhy Wasa/Brahma tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga sucilah sudah hamba
seperti sinar-Mu.
2.
Mantram Bunga dan Kawangen
Oṁ puspa dantā ya namah swāha
OṁSang Hyang Widhy Wasa, semoga bunga ini cemerlang dan
suci.
3.
Sikap Sempurna (Asana) Duduk
dengan tenang, dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram :
Oṁ prasada sthiti sarira siwa suci nirmalāya namah
swāha
OṁSang Hyang
Widhy Wasa, dalam wujud Hyang Siwa, hamba-Mu telah duduk tenang, suci, dan
tiada noda.
4.
Melakukan Pranayama
Menarik nafar(Puraka) : Oṁ Ang Namah
OṁSang Hyang Widhy Wasa dalam aksara Ang pencipta, hamba
hormat
Menahan nafas (kumbaka) : Oṁ Ung Namah
Oṁ Sang Hyang Widhy Wasa dalam aksara Ung pemelihara, hamba
hormat
Mengeluarkan nafas (recaka) : Oṁ Mang Namah
Oṁ Sang Hyang Widhy Wasa dalam aksara Mang pelebur, hamba
hormat
5.
Penyucian tangan
a.
Tangan kanan :Oṁ suddha mām swāha
Oṁ Sang Hyang Widhy
Wasa, bersihkanlah tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan
tangan kanan).
b.
Tangan kiri : Oṁ ati suddha mām
swāha
Oṁ Sang Hyang Widhy Wasa, lebih dibersihkan lagi tangan hamba (bisa juga
pengertiannya untuk membersihkan tangan kiri).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar